Belajar untuk...

Baiklah, beberapa hari lalu dalam larut diskusi kita menyatu. Katamu puisi itu seperti seseorang yg dapat mengukur sejauh mana kelembutan hatinya. Meski aku tak serta merta terima saja, akan aku coba melunakkan sedikit saja hatiku ini.

Tapi untuk sementara ini, izinkan saja aku menulis ulang puisi milik orang lain. Dari salah satu pegiat musik kesukaanku, payung teduh. Hampir aku hanyut oleh rangkai kata indah mas Is. Dia sempurna, menjadikan kalimatnya penuh cinta.
Nanti, suatu saat aku akan menulis sebuah puisi sederhana untukmu. Aku berjanji.

Pada lebat belantara kota sepi dan sendu kulagukan merdu

Pada semua gurau yang menguap menyisakan parau

Kusertakan rayuan yang masih malu-malu

Pada lirik-lirik yang ragu ini biarkan rindu tetap melaju

menyerbu telingamu penuh seru

Pada setiap waktu yang berlalu dalam jemu, biarkan semua suara tetap merdu

Komentar