Surat untuk desember

Kau bilang sudah temukan cinta yang kaucari. Aku kemudian berfikir, cinta seperti apa yang kau maksudkan?

Seringkali hati membuatku bingung. Ia merasa hampa dalam kesendirian yang kujalani. Kemudian mencoba dan mencari cari kebahagiaan kecil bernama cinta. Berteman lalu dekat. Dekat lalu hati menjadi erat dalam suatu ikatan. Tidak jarang juga yang dekat kemudian hilang tanpa menyisakan apapun. Kali pertama setelah ia datang dari perjalanan yang cukup panjang, kemudian akal dan logikaku menari nari di atas kebahagiaan itu. Bertanya tanya, apakah benar ini yang aku inginkan. Apakah benar kebahagiaan kecil ini  layak untuk aku perjuangkan.

Katamu cinta itu berbahaya, sampai kau benar bertemu dengannya. Walaupun aku tidak tahu untuk siapa dan bagaimana wujud cintamu itu.

Sebentar saja aku tepikan egoku sebagai manusia biasa, sebagai insan ciptaan yang terpelihara dan ingin dijaga. Pastilah Tuhan sedang cemburu saaat ini. Sebab mahluknya ini lebih banyak memikirkan apa yang ia ciptakan. Tuhan belum merestui kita berdua. Karena bagiNya kita harus benar benar suci dari keinginan yang bersifat lahiriah. Suci dari fikiran jauh yang belum saatnya. Suci dari sentuhan bahkan hanya berjabat tangan. Suci dari tatapan lembut yang kita artikan sebagai kasih sayang. Suci dari pembicaraan ringan bahkan hanya ucapan selamat malam.

Aku yakin kaupun tahu itu.

Tapi izinkan aku untuk sedikit jujur pada diri sendiri. Mungkinkah aku yang penuh dosa ini bisa terbebas dari belenggu rindu. Mungkinkah aku bisa bebas memikirkan hal hal kecil tentangmu, senyummu. Mungkinkah aku bisa bebas dari keinginan berkirim kabar sementara kita terpisah ruang dan temannya, jarak.

Sampai aku menulis surat kecil ini, pikiranku dipenuhi tanda tanya. Apakah arti pertemanan yang kita jalin sedemikian rupanya. Yang tanpa aku deskripsikan menjadi kalimat singkat pun kau mengerti apa maksudku. Cepatlah datang untuk kita. Datang dengan keikhlasan dan kelapangan hati untuk berpetualang tanpa takut Tuhan akan cemburu sebab atas ridhaNya. Aku menunggu, dengan segala kerendahan hati untuk menyempurnakan keyakinan bersamamu

Kepada kekasih yang akan kudampingi perjalan hidupnya di hari depan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar untuk...