Delapan Koma Satu
Sembari menikmati secangkir kopi pahit buatan sendiri, tiba- tiba ak u begitu bernafsu untuk bercerita tentang Ibu. Bukan seperti yang kebanyakan orang lakukan. Bukan soal puja puji dan sanjungan kepada Ibu mereka. Bukan pula soal kelembutan dan kasih sayang Ibu kepada anak- anaknya. Tulisan ini mungki n saja akan menyebar bibit-bibit kutukan terhadapku, sebab betap a durhaka seorang anak ngomongin Ibunya sendiri. Sebelum lebih jauh menuliskan cerita ini, lebih dahulu aku mohon ampun pada Tuhan. Sebab sudah banyak sabda, nyanyian, syair dan fatwa bahwa surga itu letaknya di telapak kaki Ibu. Coba meminta agar tulisan ini nantinya tidak ikut ditimbang dan masuk kategori dosa besar. Tapi dengan bodohnya, beberapa kali aku mengintip dan bahkan terang-terangan mengangkat kaki Ibu, belum sedikitpun terlihat cahaya bahkan sedikit saja celah surga itu terlihat. Maaf lagi, aku terlalu semangat dan penasaran seperti apa rupa surga itu. Silahkan kalian mengumpat, itu namanya kemerdekaan ber...